Kamis, 09 Januari 2020

Perkembangan Kependudukan Indonesia

Sensus penduduk merupakan penghitungan jumlah penduduk  yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara serentak, dan bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara. Sejak kemerdekaan Indonesia telah melaksanakan beberapa kali sensus penduduk yaitu sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan terakhir tahun 2010. Sebelum Kemerdekaan, sebenarnya di Indonesia juga pernah dilakukan sensus, yaitu tahun 1920 dan 1930. Pada tahun 1920, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 34,3 juta jiwa dan tahun 1930 mencapai 60,7 juta. Berikut ini data hasil sensus penduduk di Indonesia.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (migrasi).  Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dikatakan tinggi jika laju pertumbuhan penduduknya mencapai angka lebih dari 2%. Jika angka pertumbuhannya antara 1 dan 2 persen, laju pertumbuhan termasuk sedang. Jika angka pertumbuhan kurang dari satu persen, laju pertumbuhan termasuk rendah. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sensus 2010, laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong sedang. Sementara itu, negara-negara maju memiliki laju pertumbuhan penduduk yang rendah. Namun demikian, ada kecenderungan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurun yang berarti sedang menuju ciri kependudukan negara maju pada umumnya.

Jumlah dan Angka Pertumbuhan Penduduk Sejumlah Negara di Dunia
No.NegaraJml Pend.Kel per 1.000 PendudukKem per 1.000 pendudukNatural Increase
Negara Maju
1.AS316,21380,5
2.Prancis63,91390,4
3.Australia23,11360,7
4.Jepang127,3810-0,2
5.Jerman80,6811-0,2
6.Inggris64,11390,4
7.Selandia Baru4,51470,7
8.Korsel50,21050,4
9.Belanda16,81080,2
10.Italia59,8910-0,1
11.Kanada35,31170,4
Negara Berkembang
12.China1.357,41270,5
13.India1.276,52271,5
14.Iran76,51951,4
15.Filipina96,22151,5
16.Peru30,52051,5
17.Mesir84,72561,9
18.Libia6,52241,7
19.Malaysia29,81851,3
20.Rusia143,513130,0
21.Vietnam89,71771,0
22.Indonesia248,52661,5

Laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara satu negara dan negara lainnya. Negara tertentu angka pertumbuhannya tergolong tinggi, sementara yang lainnya tergolong rendah. Bahkan, ada beberapa negara yang angka pertumbuhan negatif. Jika suatu negara pertumbuhan penduduknya negatif maka negara tersebut penduduknya tidak bertambah malah berkurang jumlahnya. Berikut ini adalah hasil sensus penduduk Indonesia setelah kemerdekaan.
Tahun SensusJumlah Penduduk (juta)Laju Pertumbuhan (%)
196197,12,15
1971119,22,13
1980147,52,32
1990179,31,97
2000209,61,45
2010237,561,49

Adanya perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara satu negara dan negara lainnya menyebabkan setiap negara menerapkan kebijakan yang berbeda untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan dinamika kependudukan, yaitu  perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi. Ada dua macam kebijakan kependudukan yaitu kebijakan pro-natalis dan anti-natalis.
  1. Kebijakan pro-natalis mendukung penduduknya untuk memiliki jumlah anak yang banyak. Contoh negara tersebut adalah Kuwait, Jepang, Argentina, Brasil, Jerman, Israel. 
  2. Kebijakan anti-natalis mendukung kebijakan yang  mendorong turunnya angka kelahiran. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang terlalu besarr. Contoh negara yang menerapkan kebijakan ini adalah China dengan kebijakan satu anak (one child policy) Negara lainnya yang menerapkan kebijakan tersebut adalah Indonesia, Nigeria, India, dan sejumlah negara lainnya.

Program Keluarga Berencana (KB) mencerminkan kebijakan antinatalis di Indonesia. Program tersebut diharapkan mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Jika laju pertumbuhan terkendali, diharapkan kualitas penduduknya akan makin baik. Dengan cara demikian, Indonesia diharapkan dapat lebih cepat menjadi negara maju.

Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk ternyata membawa dampak positif dan negatif bagi suatu negara. Beberapa dampak pertumbuhan penduduk antara lain sebagai berikut.
Dampak PositifDampak Negatif
  1. Tersedianya tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
  2. Bertambahnya kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan sehingga berkembang jumlah dan jenis usaha lokal.
  3. Meningkatnya investasi atau penanaman modal karena makin banyak kebutuhan manusia.
  4. Meningkatnya inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, agar produktivitas lahan pertaniannya meningkat, manusia mengembangkan pupuk dan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat.
  1. Meningkatnya Angka Pengangguran karena tidak terserap lapangan pekerjaan
  2. Meningkatnya Angka Kriminal karena desakan kebutuhan.
  3. Meningkatnya Angka Kemiskinan karena tidak terpenuhinya kebutuhan
  4. Berkurangnya Lahan untuk Pertanian karena digunakan untuk lahan pemukiman
  5. Makin Banyaknya Limbah dan Polusi yang disebabkan kegiatan industri, perdagangan, dan rumah tangga.
  6. Ketersediaan Pangan Makin Berkurang karena kekurangan lahan pertanian
  7. Kesehatan Masyarakat Makin Menurun
  8. Berkembangnya Permukiman Tidak Layak Huni

Upaya Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk
  1. Upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia di antaranya diselenggarakan melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB mulai digalakkan pada tahun 1970-an. Program tersebut membuahkan hasil karena angka pertumbuhan penduduk mulai berkurang. Tingkat kelahiran yang pada tahun 1970-an mencapai 5,6, pada tahun 2013 turun menjadi 2,6. Tujuan dari program KB tidak hanya sekadar mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga memperbaiki kesejahteraan ibu, anak dan keluarga, mengurangi angka kelahiran dan meningkatkan taraf hidup bangsa. 
  2. Meningkatkan pendidikan, karena pendidikan diyakini akan mengubah cara pandang tentang jumlah anak dan melakukan perencanaan keluarga yang baik. Pendidikan juga dapat menunda usia pernikahan sehingga mengurangi kemungkinan untuk memiliki banyak anak.
  3. Pemberdayaan generasi muda, karena generasi muda yang terdidik dan bekerja akan mengurangi kemungkinan memiliki anak dalam jumlah banyak. Mereka akan berpikir rasional dalam menentukan jumlah anak sehingga perannya dalam masyarakat tidak terkendala oleh banyaknya anak.
  4. Meningkatkan peran pemuda dalam berbagai aktivitas seperti olahraga, seni, dan budaya. Berbagai aktivitas tersebut akan menunda usia menikah karena kesibukan mereka.

Mobilitas Penduduk di Indonesia
Perpindahan penduduk dapat berupa perpindahan dari desa ke kota, antarprovinsi,  antar-pulau, dan bahkan perpindahan ke negara lainnya. Perpindahan penduduk Indonesia ke negara lain masih sangat kecil dibandingkan dengan tipe migrasi lainnya.

1. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi di Indonesia sangat jelas terjadi di Pulau Jawa yang daerah perkotaannya banyak berkembang. Banyak penduduk desa yang kemudian memutuskan untuk tinggal di kota, baik untuk menetap atau sementara. Berpindahnya penduduk di Indonesia, terutama setelah kemerdekaan disebabkan oleh beberapa faktor pendorong dan faktor penarik seperti di bawah ini.
Faktor PendorongFaktor Penarik
  1. Rendahnya penghasilan atau upah di desa sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup.
  2. Makin terbatasnya pemilikan lahan pertanian akibat makin besarnya jumlah penduduk di desa.
  3. Terbatasnya lapangan kerja di desa.
  4. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan di desa.
  5. Terbatasnya sarana hiburan di desa.
  6. Adanya bencana alam di desa, misalnya kekeringan, banjir, longsor dan lain-lain.
  1. Upah di kota yang lebih tinggi dibandingkan dengan di desa.
  2. Jumlah dan peluang pekerjaan di kota yang lebih banyak dan bervariasi
  3. Sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai
  4. Sarana dan prasarana hiburan yang lebih memadai

2. Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarprovinsi di Indonesia. Transmigrasi sudah dilaksanakan sejak jaman penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan Belanda, transmigrasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 1905. Pada saat itu, sebanyak 155 keluarga dari Karesidenan Kedu meliputi daerah Karanganyar (Kebumen), Kebumen, dan Purworejo Jawa Tengah berhasil dipindahkan ke Gedongtatan, Provinsi Lampung. Jumlah penduduk yang dipindahkan mencapai 4.800 jiwa.

Pada masa pendudukan Jepang, dilaksanakan transmigrasi dari Jawa ke Lampung. Jumlah keluarga yang diberangkatkan mencapai 1.867 keluarga atau 7.399 jiwa. Pada masa Jepang, pelaksanaan transmigrasi dimaksudkan untuk mobilisasi tenaga kerja ke perkebunan di luar Jawa atau disebut Romusha.
 Sensus penduduk merupakan penghitungan jumlah penduduk  Perkembangan Kependudukan Indonesia
Transmigrasi Periode 1994-1999
Pada masa setelah Kemerdekaan, pemerintah melakukan transmigrasi melalui beberapa periodesasi, yaitu 1945-1950, 1950-1968, 1969-1974, 1974- 1979, 1979-1984, 1984-1989, 1989-1994, 1994-1999, 1999-2000, 2001-2003, 2004-sekarang. Daerah tujuannya makin luas tidak hanya ke Lampung, tetapi juga ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat